Sabtu, 30 Oktober 2010

PSIKOLOGI KELOMPOK

PSIKOLOGI KELOMPOK

KELOMPOK:

MARISSA(10508128)
DYAH ANGGRAENI
ANDI SITI.N
FERONIKA INDAH


Kata Pengantar

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih dan panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena denganNya, makalah Psikologi kelompok dapat terselesaikan.
Tujuan makalah ini dibuat untuk tambahan pengetahun tentang konflik kelompok dalam negeri maupun luar negeri dan menambah nilai sebagai tugas mata pelajaran psikologi kelompok. Oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada sumber – sumber yang sudah membantu kami dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Demikianlah makalah ini kami buat dengan apa adanya. Oleh karena itu kami mohon maaf sebesar - besarnya bila ada kesalahan tulis, ejaan, nama, gelar, maupun kesalahan-kesalahan lain baik yang kami sadari maupun yang tidak kami sadar.


BEKASI,OKTOBER 2010

PENDAHULUAN

Konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Konflik sosial tidak hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, dan masalah kekuasaan, tetapi emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik. Bentuk dan sifat konflik dalam kehidupan sosial tidak selalu sama. Terdapat variasi dalam konflik, baik menyangkut bentuk, sifat, maupun penyebab terjadinya sehingga cara penyelesaiannya pun berbeda. Dalam persoalan konflik konteks struktur dan fungsi kehidupan sosial masyarakat yang bersangkutan harus diperhatikan, karena masyarakat sebagai suatu unit entitas akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan kelangsungan konflik.
Peter M. Blau (1977) menyatakan bahwa struktur adalah penyebaran secara kuantitatif warga komunitas di dalam berbagai posisi sosial yang berbeda yang mempengaruhi hubungan diantara mereka (termasuk di dalamnya hubungan konflik). Karakteristik pokok dari struktur yaitu adanya tingkat ketidaksamaan antar bagian dan konsolidasi yang timbul dala, kehidupan bersama sehingga mempengaruhi derajat hubungan antar bagian tersebut yang berupa dominasi, eksploitasi, konflik, persaingan, dan kerjasama. Blau mengelompokkan basis parameter pembedaan struktur menjadi dua, yaitu nominal dan gradual. Parameter nominal membagi komunitas menjasi sub-sub bagian atas dasar batas yang cukup jelas, seperti agama, ras, jenis kelamin, pekerjaan, marga, tempat kerja, tempat tinggal, afiliasi politik, bahasa, nasionalitas, dan sebagainya. Pengelompokan nominal ini bersifat horisontal dan akan melahirkan berbagai ’golongan’. Adapun parameter gradual membagi komunitas ke dalam kelompok sosial atas dasar peringkat status yang membedakan perbedaan kelas, seperti pendidikan, pendapatan, kekayaan, prestise, kekuasaan, otoritas, intelgensia, dan sebagainya. Pengelompokan ini bersifat vertikal dan akan melahirkan berbagai stratifikasi atau lapisan sosial. Atas dasar struktur sosial tersebut, maka interaksi antarbagian dalam kehidupan bersama dapat terjadi antar kelompok baik atas dasar parameter nominal maupun parameter gradual, bahkan tidak hanya secara internal tetapi juga secara eksternal. Interaksi sosial antarbagian dalam kehidupan sosial atas dasar parameter nominal dan gradual tersebut potensial menimbulkan konflik baik antar individu mapun kelompok yang menjadi anggota dari ’golongan’ atau ’lapisan sosial’ tertentu. Dahrendorf (1986) mengemukakan bahwa konflik sosial mempunyai sumber struktural, yakni hubungan kekuasaan yang berlaku dalam struktur organisasi sosial. Dengan kata lain, konflik antar kelompok dapat dilihat dari sudut keabsahan hubungan kekuasaan yang ada atau dari struktur sosial setempat.


DATA


1. JURNAL PERAN SERTA MASYARAKAT DAN NEGARA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI INDONESIA.

Jurnal ini mencoba untuk menjelaskan dua kasus konflik di Aceh dan Maluku yang benar-benar intensif dan melibatkan banyak pihak. Ada dua aspek yang dipelajari, pertama, aspek memicu dan menyebabkan panjang berlarut-larut konflik di daerah kedua yang. Kedua, program strategis yang menekankan peran serta masyarakat dan dukungan tentang lembaga negara digunakan membangun stabilitas politik.
pemerintah dan rakyat Indonesia dihadapkan kepada situasi baru pasca konflik yang meninggalkan sejumlah masalah yang rumit. Khususnya pasca konflik di Aceh dan Maluku, telah meninggalkan pengalaman traumatis, problema besar yang di hadapi adalah rusaknya pranata sosial budaya dan infra struktur dalam kehidupan di daerah konflik. Karena itu, sangat diperlukan strategi yang tepat untuk membangun kembali stabilitas politik dengan melibatkan peran serta masyarakat dan negara untuk pemulihan (recovery) pasca konflik. Dari berbagai konflik dengan klasifikasinya ada beberapa masalah pasca konflik yang dapat diidentifikasi, baik dari segi ekonomi, hukum, politik dan sosial budaya, di antaranya:
1. Hancurnya sumber-sumber kehidupan, harta serta mata pencaharian penduduk di daerah konflik yang menimbulkan beban berat bagi pemerintah pusat.
2. Ketidakpastian keamanan dan lemahnya jaminan hukum menyebabkan terjadinya pengungsian massal guna menghindari korban konflik.
3. Kebebasan demokrasi menjadi tidak sehat, karena dalam prosesnya di warnai politik kekerasan dari penguasa, elit politik dan masyrakat.
4. Terjadinya perilaku politik yang bersifat egosentris dan komunal di kalangan elit lokal menciptakan ketidak harmonisan berbagai element masyarakat.
5. Terjadinya intervensi ’asing’ secara sistematis di kawasan konflik, untuk menggoyahkan eksisitensi ideologi dan kedaulatan wilayah negara.
6. Timbulnya rasa takut, curiga berkepanjangan, menguatnya komunalisme, kedaerahan dan disharmonisasi kelompok masyarakat.
7. Hancurnya pranata-pranata sosial budaya masyarakat yang selama ini berfungsi sebagai perekat.

Upaya penyelesaian secara strategis berbagai konflik di Indonesia sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia dan akan berpengaruh terhadap; Pertama, kestabilan negara dan partisipasi masyarakat Indonesia di berbagai bidang, mendorong kokohnya demokrasi politik, mantapnya ekonomi dan tangguhnya keamanan kawasan, mengukukan kembali Indonesia yang menjadi negara yang selalu di perhitungkan dalam percaturan politik Internasional. Kedua, terbebasnya kawasan Indonesia dari keadaan konflik internal yang berkepanjangan, dapat lebih fokus untuk pencapaian agenda-agenda penting nasional, berbagai isu regional maupun global. Ketiga, teratasinya konflik di di kawasan Indonesia bedampak memantapkan kestabilan di berbagai bidang kegiatan di kawasan Asia Tenggara. Keempat, memberi ruang sosial yang kondusif guna tercapainya akselerasi partisipasi dan pemberdayaan politik, ekonomi, pemulihan ketentraman dan penguatan nilai sosial budaya masyarakat dari berbagai lapisan sosial serta penguatan wibawa pemerintah.



2. ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL
DI KALIMANTAN BARAT (*Maria Lamria*)

Mengingat begitu beragamnya latar belakang dan tingkat sosial masyarakat, maka persoalan hak dan kewajiban senantiasa muncul menjadi konflik social yang berkepanjangan dan terjadi di berbagai daerah. Konflik yang menggunakan simbol etnis, agama dan ras muncul yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta bagi pihak yang bertikai. Dengan demikian juga terjadi pelanggaran hak hidup damai dan sejahtera dalam bermasyarakat.
Keragaman suku bangsa merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa yang besar diperlukan untuk mencegah terjadinya perpecahan yang akhirnya akan mengganggu kesatuan bangsa.
Kerusuhan dan pertikaian yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan antara lain kurangnya kemampuan pemerintah dalam mengatasi penyebab terjadinya konflik sosial antar masyarakat. Konflik muncul dengan menggunakan simbol-simbol etnis, agama, dan ras. Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya akumulasi "tekanan" secara mental, spiritual, politik sosial, budaya dan ekonomi yang dirasakan oleh sebagian masyarakat.
Seperti halnya konflik antar etnis yang terjadi di Kalimantan Barat, kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan aparat hukum terhadap Suku Asli Dayak dan Suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam yang meledak dalam bentuk konflik -konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarjinalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif yang mengeksploitasi kekayaan alam mereka. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kasus yang terjadi ini menunjukkan sulitnya penegakan hukum dan hak asasi manusia di Indonesia. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah penyebab terjadinya konflik horizontal di Kalimantan Barat serta penanganan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.



3. Jurnal Pengaruh Stres, Konflik dan Hukuman Disiplin Terhadap
Produktivitas Kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3
Samarinda Kalimantan Timur

Susanto
M. Wahyuddin

a. Latar belakang
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai salah satu instansi pemerintah yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan RI berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan Republik Indonesia No. 131/PMK.D1/2006, tentang organisasi dan tata kerja Departemen Keuangan Republik Indonesia dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 133/KMK.01/2006 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jendral Bea dan Cukai, dalam melaksanakan tugasnya telah merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi di bidang kepabeanan dan cukai dengan melakukan reorganisasi. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi perlunya reorganisasi di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 466/KMK.01/2006) antara lain: Perkembangan praktek perdagangan internasional, perdagangan teknologi informasi, meningkatnya tuntutan masyarakat, Reformasi bidang kepabeanan, dan Amandemen UU No. 10 tahun 1995 tentang kepabeanan dan UU No. 11 tahun 1995 tentang Cukai dengan UU No. 17 tahun 2006 tentang perubahan UU No. 10 tahun 1995 tentang kepabeanan.
Selaku institusi pemerintah yang menyelenggarakan fungsi trade facilitation
maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai senantiasa dituntut untuk menyempurnakan sistem dan prosedur pelayanan dan pengawasan sesuai perkembangan yang terjadi dalam praktek perdagangan internasional, Perubahan kebijakan pemerintah, perdagangan teknologi informasi, dalam rangka mempercepat proses penyelesaian kewajiban pabean, meminimalkan investasi pejabat dalam pengambilan keputusan serta mengotimalkan kinerja di bidang pengawasan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai. Reorganisasi Departemen Keuangan yang dilakukan dalam rangka menciptakan organisasi yang dapat berfungsi sesuai dengan prinsip good govermance pimpinan Departemen Keuangan mereformasi dan mereposisi tugas dan fungsi unit-unit kerja di lingkungan departemen, khususnya pimpinan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dengan mempercepat program reformasi. Ketidaksempurnaan struktur organisasi yang berjalan selama ini mengakibatkan beberapa masalah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi antara lain: Struktur organisasi tidak relevan, tugas dan fungsi tidak dapat dilaksanakan, dan tugas dan fungsi tumpang tindih. Terdapat tiga kondisi yang mengindikasikan terjadinya tumpang tindih tugas dan fungsi pada unit organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: 466/KMK.01/2006) yaitu: (1) Tugas dan fungsi operasional baik di bidang pelayanan maupun pengawasan secara umum; (2) Tugas dan fungsi yang sama diselenggarakan oleh 2 unit organisasi atau lebih; (3) Tugas dan fungsi yang mempunyai output yang identik dilakukan oleh 2 unit organisasi atau lebih. Di sini jelas bahwa tujuan dari reorganisasi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah agar tercipta organisasi pemerintah yang sensitif dan akomodatif, terhadap perkembangan pelaksanaan tugas sebagai konsekuensi dan penyempurnaan yang dilakukan di bidang sistim dan prosedur pelayanan dan pengawasan baik di bidang impor, ekspor, dan cukai. Dengan reorganisasi diharapkan dapat tercipta keselarasan pendayagunaan teknik informatika dengan SDM, sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas organisasi melalui pengelompokan kerja yang harmonis. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Samarinda, Kalimatan Timur, memiliki peran strategis dalam melakukan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar, dengan jumlah pegawai yang hanya 66 orang dengan frekuensi pekerjaan yang cukup padat sebagai dampak dari reorganisasi, menuntut kesadaran dan motivasi yang
tinggi dari pegawai. Sebagai dampat dari reorganisasi tersebut tak jarang pegawai di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Samarinda, Kalimatan Timur mengalami stres, konflik internal maupun eksternal, sehingga mengharuskan Pimpinan memberlakukan hukuman disiplin terhadap Pegawai yang melakukan pelanggaran. Hartati, 2005. Pengujian hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan, kompensasi, promosi, dan konflik dalam organisasi terhadap motivasi kerja pegawai di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kabupaten Karanganyar, baik secara individual maupun bersama-sama. Wong, 2006. Hasil penelitian memperkirakan bahwa penawaran kerja, pengendalian kerja, dan dukungan supervisor signifikan dan berpengaruh langsung terhadap WLC. Papa, 1998. Pendidikan membutuhkan kolaborasi pelatihan training agar unggul dalam pelayanan profesional pada pusat sekolah kesehatan. Pelatihan pada sekolah kesehatan memberikan muatan kedisiplinan dalam lembaga akademik. Karatepe, 2006. Studi ini mengembangkan dan menguji sebuah model yang menginvestigasi pengaruh dari konflik kerja keluarga, kelelahan secara emosional, motivasi intrinsik dalam mempengaruhi hasil kerja dengan menggunakan data dari garis depan pekerja di hotel Northern Cyprus. Hasil mengunjukkan bahwa konflik kerja keluarga secara positif berhubungan dengan kelelahan emosional. Konflik kerja keluarga ditemukan tidak mempengarhui kepuasan kerja. Harold (2006), menyimpulkan, ketika orang berkolaborasi dalam bekerja, konflik selalu muncul. Memahami sumber konflik dan kemajuannya, resolusi dan hasil merupakan aspek utama dalam kepemimpinan. Penyebab konflik meliputi kesalahpahaman dalam berkomunikasi, emosi yang dikeluarkan, sifat individu dan nilai-nilai. Terdapat konsekuensi serius bila menghindar atau kesalahan mengelola ketidak setujuan. Pemimpin yang memiliki informasi dapat mencegah konflik secara efektif.

B. Tujuan penelitian

(1) Untuk menganalisis faktor stres, konflik, dan hukuman disiplin berpengaruh terhadap produktivitas kerja di kantor Pelayanan Jalan Tol dan Cukai Tipe A3 Samarinda Timur Kalimantan;
(2) Untuk meletakkan fakta yang paling dominan terbuka atau dalam mempengaruhi roduktivitas pegawai bekerja di Kantor Pelayanan Tol dan Cukai Tipe A3 Samarinda Kalimantan Timur. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan sampling aksidental. Metode yang digunakan saat ini penelitian adalah biner logistik regressio. Akurasi model regresi uji yang digunakan untuk menilai akurasi regresi model dalam penelitian ini diukur dengan nilai Chi-Square dengan Hosmer Test dan Lemeshow.
Hasil analisis regresi logistik biner diperoleh bahwa variabel bebas yang terdiri dari stres, konflik, dan hukuman disiplin berpengaruh positif dan signifikan pada pekerjaan
produktivitas. Hasil uji harapan B yang stres variabel sebesar 1.640, variabel konflik
sebesar 1.364, dan variabel disiplin hukuman sebesar 1.345. Hasil uji Koefisien Beta
adalah stres variabel sebesar 0.495, variabel konflik sebesar 0.311, dan hukuman disiplin
sebesar 0.296 variabel. Dari hasil uji ekspektasi B dan koefisien beta dapat diketahui bahwa terbesar stres variabel kontribusi dalam mempengaruhi produktivitas kerja dibandingkan dengan konflik variabel dan hukuman disiplin. Kata Kunci: stres, konflik, hukuman disiplin, dan produktivitas kerja.

C. HASIL PENELITIAN
1. Uji Validitas
a. variabel stres (X1)
Korelasi antara ke sepuluh butir pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang variabel stres dinyatakan valid. Butir pertanyaan yang mempunyai tingkat validitas tertinggi adalah pertanyaan nomor 6 dengan koefisien korelasi 0,593, sedangkan butir pertanyaan yang mempunyai tingkat validitas paling rendah adalah butir pertanyaan 4 nomor 8 yaitu 0,306.

b. variabel konflik (X2)
Korelasi antara ke 10 butir pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r tabel 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang konflik dinyatakan valid. Butir pertanyaan yang mempunyai tingkat validitas tertinggi adalah pertanyaan nomor 8 dengan koefisien korelasi 0,729, sedangkan butir pertanyaan yang mempunyai tingkat validitas paling rendah adalah butir pertanyaan nomor 1 yaitu 0,319.

c. Hukuman Disiplin (X3)
Korelasi antara ke 10 butir pertanyaan dengan skor total kesemuanya lebih besar dari r 0,244 (r hitung > r tabel), sehingga semua butir pertanyaan tentang hukuman disiplin dinyatakan valid. Butir pertanyaan yang mempunyai tingkat validitas tertinggi adalah pertanyaan nomor 6 dengan koefisien korelasi 0,793, sedangkan butir pertanyaan yang mempunyai tingkat validitas paling rendah adalah butir pertanyaan nomor 2 yaitu 0,577.



4. Jurnal Reklamasi Singapura sebagai Potensi Konflik Delimitasi Perbatasan Wilayah Indonesia-Singapura

A. Latar belakang
Masalah kurangnya ruang geografis menggabungkan dengan meningkatnya jumlah penduduk karena dipimpin h pemerintah Singapura untuk melanjutkan kebijakan nasional di reklamasi. Namun kebijakan seperti ini memiliki dampak merugikan pada hubungan bilateral Indonesia-Singapura yang dapat menimbulkan potensi konflik di masa depan. Proses reklamasi dengan ngapore Si dapat menciptakan konflik delimitations potensial di perbatasan Indonesia-Singapura karena reklamasi akan menahan kedaulatan Indonesia. Pemerintah harus mengambil perhatian lebih serius dengan potensi konflik dengan meningkatkan kesadaran keamanan di sepanjang perbatasan Indonesia. Kata kunci: reklamasi, delimitations, konflik, Singapura, Indonesia, perbatasan.

B. Potensi Konflik Akibat Belum Tuntasnya Perjanjian Perbatasan Indonesia -
Singapura Tahun 1973
Indonesia dan Singapura telah menyepakati batas maritime internasional di Selat Singapura. Kedua negara menandatangani perjanjian batas Taut territor ial pada tanggal 25 Mei 1973, yang menetapkan enam titik batas yang lebih dikenal dengan sebutan v-line sebagai titik belok garis batas. Sejak kedua negara rneratifikasi, maka perjanjian tersebut secara resmi berlaku dan mengikat secara hokum.
Patut diperhatikan, perjanjian tersebut ternyata belum menyelesaikan delimitasi Batas maritim untuk keseluruhan kawasan maritim yang seharusnya didelimitasi. Perjanjian perbatasan tahun 1973 hanya menyepakati 6 titik seperti disebutkan di atas. Sementara itu, masih ada segmen di sebelah barat dan timur yang harus diselesaikan. Sedangkan, Singapura sendiri sangat aktif melakukan reklamasi dan konstruksi pelabuhan, yang berakibat pada perubahan bentuk pantainya. Reklamasi secara signifikan telah menggeser garis pantai Singapura ke arah selatan atau ke arah kedaulatan wilayah Indonesia. Berikut adalah gambar peta kawasan yang harus didelimitasi oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan perkembangan proyek reklamasi.

5. Jurnal Konflik Kepentingan Antara Amerika Dan Kelompok ISLAM
FUNDAMENTALIS (Chairil N siregar)


A. Latar Belakangn Masalah
Negara yang merasa memiliki ekonomi yang baik, sumber daya manusia yang potensial, dan keuangan yang kuat menpunyai banyak kepen-tingan, terutama kepentingan untuk menguasai perekonomian dunia. Ber-bagai cara dilakukan untuk memenuhi kepentingan tersebut, bahkan tidak jarang dilakukan dengan cara yang tidak etis kadang-kadang menjurus pada tindakan HAM dan kriminal. Hal ini dapat dilihat dari tindakan atau strategi yang dilakukan negara adikuasa seperti Amerika Serikat.
Untuk memenuhi kepentingan ekonominya salah satu caranya dengan menguasai sumberdaya alam negara lain, apakah itu minyak, gas, intan, emas, tembaga, bahkan uranium. Untuk dapat menguasai sumber daya alam tersebut berbagai cara dilakukan, tidak jarang intelijen turut berperan dalam mengatur strategi. Bila diamati secara cermat, negara yang kaya akan sumberdaya alamnya, mayoritas penduduknya ber-agama Islam. Dalam agama Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha atau melakukan aktivitas dalam memper-tahankan hidupnya selagi tidak ber-tentangan dengan syariat Islam, atau tidak merusak lingkungan sosial alam. Di sisi lain Amerika memiliki budaya dan kepercayaan yang berbeda dengan negara-negara yang ber-penduduk mayoritas beragama Islam, bahkan tidak jarang bertolak belakang.


B. permasalahan yang terjadi
1. Tindakan Amerika yang semena-mena terhadap negara-negara berpenduduk mayoritas.
Islam perlu dipikirkan oleh seluruh umat Islam, terutama OKI
2.Siapa sebenarnya Teroris? Negara-negara berkembang khususnya Negara yang
berpenduduk mayoritas muslim sering menjadi bulan-bulanan, bahkan lebih dari itu
sampai dikatakan sebagai sarang teroris, istilah terroris sampai sekarang belum ada kata
sepakat tentang definisinya.


KESIMPULAN

Konflik adalah suatu kenyataan yang tidak terhindarkan jika pihak-pihak yang bertentangan tidak memiliki pemahaman yang terhadap satu sama lain dan tujuan serta kebutuhan mereka tidak dapat lagi sejalan. Perbedaan pendapat yang terjadi di antara keduanya pada dasarnya adalah hal yang alami, namun jika tidak terkendali akan menjadi pemicu timbulnya kekerasan yang merusak kedua belah pihak bahkan lingkungan sekitarnya. Untuk itu diperlukan penyelesaian yang memberikan semangat damai pada kedua belah pihak. Jika konflik yang menyebabkan timbulnya kekerasan dapat diselesaikan tanpa melakukan kekerasan memberikan suatu rasa damai dan aman pada masyarakat sekitarnya. Sebaliknya, jika diselesaikan juga dengan kekerasan yang membabibuta akan menyebabkan timbulnya rasa takut, tidak aman, kepanikan bagi orang sekitarnya, khususnya bagian dari masyarakat yang bertikai. Permasalahan baru juga akan timbul dari penyelesaian dengan jalan kekerasan.
Selanjutnya Simon Fisher dkk, mengajukan suatu konsep tentang arti kekerasan sebagai suatu pendekatan dalam intervensi konflik yang menyebutkan bahwa konflik adalah fakta kehidupan yang dapat memunculkan permasalahanpermasalahan berat saat kekerasan muncul dalam konflik tersebut. Oleh karenanya dapat dibedakan antara kelompok yang menghendaki kekerasan sebagai penyelesaian konflik dan kelompok yang anti kekerasan. Kelompok yang pro kekerasan cenderung untuk memaksakan kehendaknya agar dituruti orang lain ketika cara lain yang ditempuh gagal. Sedangkan kelompok anti kekerasan cenderung percaya bahwa kekerasan tidak akan mampu mendatangkan manfaat yang diharapkan diharapkan, sehingga penggunaan kekerasan dirasa tidak bermanfaat dan tidak adil. Secara praktis tindakantindakan anti kekerasan dilakukan masyarakat yang menerapkan metode anti kekerasan secara mutlak mereka lebih percaya bahwa metode anti kekerasan yang diterapkan dalam suatu konflik akan lebih berhasil dalam situasi yang mereka hadapi sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arif. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hasan, Abdullah. 1998. Berkonflik dan Berunding. Malaysia : Utusan Publications & Distributors Sdn BHD.
Alqadarie Syarief I. (2000). Laporan Akhir Hasil Penelitian Pertikaian antar
Komunitas Madura Kalimantan Barat dengan Dayak 1996/97 dan antara
Komunitas Madura Sambas dengan Melayu Sambas Tahun 1998/1999 di
Kalimantan Barat. Kerjasama Yayasan Ilmu-ilmu Sosial Jakarta-dengan
Fisipol Untan-Pontianak.
Fisher Simon, Ibrahim Dekka, dkk. (2002) “Working with conflict’ : Skill &
Strategies for Action. New York.Responding To Conflict.
Jurnal Hukum dan Pemikiran Nomor I, Tahun 2 Januari- Juni 2002.
Laporan Khusus Gubernur Kalimantan Barat 1997.
Soekanto Soeryono; 1990. Suatu Pengantar. Raja Wali Press, Jakarta.
Sunaryo Thomas. “Manajemen Konflik dan Kekerasan”. Makalah pada
Sarasehan tentang Antisipasi Kerawanan Sosial di DKI Tanggal 15-17
September 2002.
Abidin, Hasanuddin Z, dkk. 2005. Geodetic Datum of Indonesian Maritime Boundaries: Status and Problems.
Dhyatmika, Wahyu dkk. "Kelilipan Politik Pasir", Tempo, Edisi 26 Februari-4 Maret 2007.
Alwi, Syafaruddin, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta;

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT, Rineka Cipta,
Jakarta;

Sabtu, 09 Oktober 2010

kelompok pengajian al- jabar

berawal dari keisengan 5 orang ibu rumah tangga yang hanya mengikuti ceramah, contohnya ibu ani ketika saya mewawancarai beliau, bu ani bercerita tentang kegiatannya di masjid al jabar, mulai dari pengajian, bakti sosial dan kegiatan lainnya awal terbentuknya pengajian ini mungkin terbilang baru. terbentuk dari tahun 2009, anggotanya juga masih sedikit 15 orang, ketika saya bertanya kenapa mengikuti pengajian ini,lalu beliau menjawab kegiatan ini bermanfaat bagi kami dari pada kami hanya bergosip, dan saya juga bisa memperdalam iman saya. kegiatan bakti sosial contohnya pada bulan puasa kelompok pengajian memberikan rezekinya antara lain membantu kaum duafa, buka puasa dengan anak yatim piatu. dan melakukan sahur on the rote. beliau berkata dengan melakukan pengajian seperti ini kami juga bisa bersilatuhrahmi.

Senin, 03 Mei 2010

gangguan pervasif

gangguan perkembangan prevasif adalah masalah-masalah psikologi yang berat dan muncul pada usia sangat dini gangguan ini menimpaperkembangan kognitif sosial tingkah laku dan emosional anak- anak yang menyebabkan kesulitan yang luas dalam proses perkembangan.

gangguan- gangguan pervasif lain seperti:
-gangguan rett
-gangguan asperger
-dan gangguan disintegratif masa kanak- kanak

ciri Gangguan Rett

hanya pada wanita.
perkembangan motorik berlansung secara normal samapi usia 5 bulan tetapi sampai usia 5 bulan muncul gangguan- gangguan seperti kehilangan sebagian atau seluruhketerampilan tangan bahasa yang di peroleh sebelumnya,
ukuran kepala normal pada waktu kelahiran tetapi pertumbuhan kepala berkurang usia 5 bulan sampai 4 tahun
berbeda dengan autisme, di sini jarang terjadi tingkah laku yang merusak dirinya sendiri dengan sengaja pre-okupasi yang rutin.

Ciri Gangguan Aspegger

pada umumnya terjadi pada laki- laki dan kebanyakan berlangsung seumur hidup
- tidak ada hambatan keterlambatan umum dalam hambatan bahasa atau berkembangan kongnitif
- terjadi difisiensi dalam intereaksi sosial dan perkembangan pola- pola tingkah laku
- sama dengan autisme tetapi pada gangguan aspegger sering kurang adanya penyimpangan dalam bahasa dan komunikasi

Ciri Gangguan disintegrasi Masa Kanak- Kanak
pada umumnya terdapat pada anak laki- laki berlangsung seumur hidup
- hilangnya pengendalian buang air besar atau kecil dan kadang- kadang di tandai dengan kemerosotan pengendalian motorik
- hilangnya minat atau perhatian terhadapa lingkungan
- kekurangan interaksi sosial dan komunikasi yang sama dengan autisme danterjadi destardasi yang berat.

Penyebab

Penyebab gangguan- gangguan ini belum di ketahui dan perawatannya masih belum bisa di rancang

Daftar Pustaka: Drs. Semiun, Yustinus, ofm jakarta 04, 05 2010

kembangkan jiwa kreatif dan memberi dukungan pada anak .

kembangkan jiwa kreatif pada anak

Anak yang kreatif akan memperlihatkan sikap kemandirian yang kuat anak kreatif berarti memiliki kemahiran mempergunakan penalaran keterampilan imajinasi maupun kesanggupan mengerakan potensi yan ada pada dirinya menjadi sebuah usaha atau karya begitu juga anak kreatif akan tampil dalam menyikapi berbagai kesulitan dan pemecahan masalah dengan cara- cara positif dan konstruktif pribadi yang lebih menonjol ini dibandingkan yang lain karena minat, sikap dan dorongannya begitu kuat untuk menghasilkan sesuatu tetapi perlu kita sadari bahwa kreativitas itu tidak muncul begitu saja pada anakmelainkan membutuhkan kondisi yang tepat, dukungan maupun fasilitas dari lingkungannya terutama lingkungan keluarga dimana anak tinggal.

memberi dukungan agar anak bisa mandiri

Anak belajar mandiri adalah dengan dukungan penuh orang tua setiap gagasan prakasa, ide maupun karya anak yang membangun dukungan moril maupun materil dan kalau mampu memberi fasilitas untuk terwujudnya gagasan, prakasa ide maupun karya membangun tersebut.jangan lah ragu memberi dukungan dan memfasilitasi anak belajar mandiri hanya karena di beratkan atas pertimbangan faktor kerugian dari sebuah kegagalan yang akan terjadi atas usaha anak jika membutuhkan biaya yang besar namun perlu kita mempertimbangkan sebagai nilai plusnya adalah memberi kesempatan berharga pada anak berupa pengalaman, kemauan untuk belajar kemauan untuk menemukan dan kalah pentingnya adalah tumbuhnya daya kreativitas pada anak.

Minggu, 02 Mei 2010

Kapan Yah Wajah Pendidikan Sedikit Lebih Cerah?

Pendidikan sebagai pembentuk karakter intelektual yang seharusnya berorientasi kerakyatan, ternyata tidak mampu terwujudkan dengan baik, wajah pendidikan kita masih tetap buram sehinga kita tetap pada garis keterbelakangan dan ketertinggalan kata suparman koordinator fppi(frot pejuang pemuda indonesia).
Persoalan dunia pendidikan yang muncul baik pada tingkat nasional maupun lokal, baik persoalan akhlak maupun moral manusia menjadi salah satu pemicu yang terjadi di tengah masyarakat, hal ini terjadi, akibat wajah pendidikan hingga saat ini masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. "Salah satu indikator yang menyebabkan rusaknya moral dan akhlak manusia tersebut akibat kurangnya SDM akibat pendidikan yang masih minim, sehingga persoalan bangsa ini hendaknya segera ditangani dengan baik sehingga kelak kualitas anak bangsa melahirkan generasi yang berdaya guna," ucapnya.

Dia mengatakan, salah satu wajah buram pendidikan di Mamuju adalah dengan tercorengnya akibat tindakan salah satu oknum aparat yang memukuli seorang siswa SMK Mamuju dan masih banyak dihadapkan persoalan lain dalam dunia pendidikan di daerah ini.

Selain itu, dengan dicabutnya subsidi BBM merupakan mata rantai yang saling berkaitan sehingga menyebabkan subsidi pendidikan dan kesehatan, sehingga mengakibatkan masyarakat merasa makin terbebani.

Selasa, 27 April 2010

Cara Mengatasi Gangguan Belajar

Gangguan Belajar Pada Anak

DSM-IV mendefinisikan gangguan belajar atau ketidakmampuan belajar sebagai ketidak cocokan antara skor IQ berdasarkan prestasidan usiaserta tingkat kelas,yakni perestasi akademik tertentu sebagaimana di ukur tes standar(baku) yang di berikan secara individual berada dari usia kornologiste intelegensi,dan pendidikan yang sesuai dengan usia orang itu.anak- anak yang mengalami gagguan belajar akan mengalami masalah- masalah emosional atau tingkah laku, tetapi secara luas gangguan itu cukup menolak pandangan bahwa gangguan belajar harus terlepas dari masalah emosional atau tingkah laku. Apakah ini termasuk gangguan psikologis? Atau lebih tepat kalau dianggap sebagai masalah edukasional? Beberapa kritikus telah mengemukakan menyebut masalah- masalah ini dianggap sebagai gangguan psikologis menunjukan suatu” imprialisme psikologis psikiatri dimana para psikolog atau menguasai masalah – masalah di luar yang berada di luar bidang mereka

Penyebab Gangguan Belajar

Penyebab ketidakmampuan belajar sampai sekarang belum di ketahui dengan jelas, factor genetic , kesulitan- kesulitan dalam fungsi otak pengaruh-pengaruh kognitif dan motivisional telah di teliti dan kemungkinan ada hubungannya ketidak mampuan belajar tetapi tidak di ketahui dengan pasti, misalnya apakah kemampuan belajar di sebabakan kekurangan dalam proses kognitif atau kekurangan dalam proses kognitif atau kekurangan dalam proses kognitif atau kekurangan dalam motivasi atau prestasi

Perawatan

Orang tidak dapat meremehkan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang meskipun normal,tetapi ketinggalan dalam membaca atau tidak dapat berbicara secara efektif normal seperti anak seusianya.usaha- usahaprofesional untuk menyembuhkan ketidakmampuan belajar ini mulai mengunakan obat obat stimulant dan obat obat penenang sampai pada usia melatih aktivitas-aktivitas motor anak dengan harapan supaya hubungan syaraf pada otak bisa normal kembali.

Cara Mengatasi Gangguan Belajar

Bagaimana membuat proses belajar itu mendatangkan cita rasa manfaat dan kegunaan utama yang dapat langsung merasang menantang dan memuasakan anda. Anda harus membuat stigma tentang belajar dari yang dianggap beban suatu kewajiban dan menjemukan menjadi suatu aktivitas yang menggairakan,menantang dan memuaskan sehingga anda untuk membangkitkan minat dan perhatian anda terhadap belajar sebagai suatu kebutuhan.

Cara membangun konsentrasi belajar

Tanpa konsentrasi belajar maka hasil belajar tentu sangat rendah atau tidak optimal. Jika seseorang mengalami gangguan belajar ketika belajar bagaimana menjadi berprestasi
Menurut Thomas alva Edison, peranan IQ itu hanya 1% sja menunjang keberhasilan seseorang, namun yang 99% adalah kemauan dan kerja keras. Tentu anda berharap dapat melakuakan belajar dengan perasaan gembira kalau guru menerangkan anda langsung nyambung. Begini caranya mengikuti pelajaran sama asyiknya dengan menonton flim kartun atau flim yang jadi kegemaran anda setelah mengikuti pelajaran sama anda menjabarkan jalinan cerita flim dengan baik dari awal sampai akhir cerita.

Dorongan Berprestasi

Menurut JP Chaplin ( Dictionary of Psychology) dorongan prestasi di artikan sebagai:

1. kecenderungan untuk mencapai sukses atau memperoleh apa yang menjadi tujuan akhir yang di hendaki
2. keterlibatan diri seseorang terhadap sesuatu tugas
3. harapan untuk berhasil dalam suatu tugas yang di berikan
4. dorongan untuk mengatasi rintangan- rintangan atau perjuangan untuk melakukan pekerjaan- pekerjaan sulit secara cepat dan tepat.

Senin, 26 April 2010

Seni mengambil keputusan

Mempertimbangkan suatu masalah dari sisi pro dan kontra, memikirkan setiap alasan, dan mencari titik temu selama tiga atau empat hari untuk mengambil keputusan merupakan kebiasaan Benjamin Franklin yang disebutnya algebra moral. Ia senang dengan kebiasaan itu karena dapat menilai dengan lebih baik dan lebih bertanggung jawab.

Benjamin Franklin adalah sosok manusia yang sangat efektif dalam berbagai fungsi, yakni bisnis, militer, politik, ilmu pengetahuan, dan diplomasi. Pada zamannya (abad XVIII), ia seorang perintis di berbagai bidang, yakni perpustakaan keliling, pemadam kebakaran, almanak, Akademi Pennsylvania (sekarang Universitas Pennsylvannia), American Philosophical Society, hingga mengetuai penulisan undang-undang di Amerika Serikat. Semakin banyak fungsi atau peran seseorang, semakin banyak ia terlibat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Hal yang perlu dicatat dari pribadi Benjamin dalam pengambilan keputusan adalah bahwa ia berhasil memilih yang tepat dan bijaksana dalam berbagai hal hingga membuahkan keberhasilan. Ia juga meninggalkan kesan menyenangkan bagi banyak orang.

Ia adalah anggota masyarakat yang sangat dikagumi banyak orang sejak masih sangat muda. Sebagai gambaran, pada usia 30 tahun ia telah terpilih sebagai warga teladan di Pennsylvania.

Bila menengok bagaimana Benjamin dalam mengambil keputusan, mungkin kita tertawa, mengapa ia butuh waktu sampai tiga atau empat hari? Masih relevankah dengan situasi sekarang?

Bila menertawakan hal itu, berarti ada juga yang dapat ditertawakan dan dipertanyakan dari diri kita. Masih bersediakah kita mempertimbangkan apa saja yang keputusannya ada di tangan kita dengan lebih bijaksana, tanpa tergesa-gesa?

Ragam masalah
Sebagai manusia dewasa, setiap hari kita dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan. Mengambil keputusan menu makanan keluarga sehari-hari tentu saja tidak perlu sampai berhari-hari.

Namun, untuk mengambil keputusan mengenai nasib seseorang atau sesuatu yang penting untuk orang banyak, baik di dalam keluarga (memutuskan pembelian kendaraan, memilih pasangan, pekerjaan, atau sekolah, memecahkan masalah psikologis anak) maupun menyangkut orang lain, seperti dalam perekrutan karyawan, menyusun peraturan, menyusun program, dan lain-lain, tentu saja perlu pertimbangan matang.

Sebagai manusia dewasa, kita sering kali kelewat percaya diri (over confidence), merasa telah matang dan mengerti banyak hal, sehingga cepat yakin dengan keputusan kita sendiri. Terlebih efektivitas manusia masa kini sering kali diukur hanya dengan kecepatannya memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Lebih fatal lagi, ada yang menemukan kenyataan bahwa setiap keputusan yang diambilnya selalu berbuah uang sebagai upah sehingga semakin banyak keputusan yang diambil, semakin banyak uang yang mengalir ke kantong. Hal-hal semacam ini akhirnya membuahkan ketergesaan dalam memecahkan berbagai masalah dan mengambil keputusan.

Ketergesaan hanya akan melahirkan keputusan yang prematur. Ibarat seorang ibu yang melahirkan anak prematur, secara fisik ia cepat merasa ringan, tetapi akhirnya menanggung beban lain, yakni kualitas kehidupan yang berisiko kelemahan fisik dan mental pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula pengambilan keputusan yang prematur, menghasilkan kualitas keputusan yang merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

Utang luar negeri Indonesia merupakan salah satu contoh besar betapa kita harus menanggung beban berat dalam jangka panjang karena keputusan berutang oleh pemerintah masa lalu. Padahal, utang itu semata-mata demi mengatasi persoalan ekonomi jangka pendek.

Di tempat kerja, mungkin jajaran pimpinan sebuah organisasi memutuskan menolak lamaran seseorang hanya karena faktor usia atau jenis kelamin. Namun, akhirnya timbul penyesalan karena lima tahun kemudian nama pelamar itu muncul di media massa karena karyanya yang penting.

Kecenderungan kerja mental
Pada saat kita mengambil keputusan dengan tidak banyak pertimbangan, terdapat beberapa kecenderungan mental kita yang bekerja secara spontan tanpa disadari. Kecenderungan tersebut ada yang positif, positif-negatif, dan ada pula yang negatif. Semuanya terbentuk karena pembiasaan sehingga muncul persoalan dalam hal ini, yaitu sejauh mana kita membiasakan kecenderungan yang positif sehingga tidak didominasi oleh hal yang negatif.

* Positif
Intuisi merupakan salah satu hal yang positif. Intuisi adalah kemampuan mengetahui atau mengenali secara cepat dan siap akan kemungkinan yang dapat terjadi dalam situasi-situasi tertentu.

Meski demikian, harus diakui bahwa pengambilan keputusan tidak cukup bila hanya mengandalkan intuisi. Akan lebih baik bila dikombinasikan dengan pendekatan analitis dan rasional. Intuisi sangat bermanfaat terutama dalam situasi pengambilan keputusan yang berisiko atau tidak menentu.

Kreativitas juga merupakan kecenderungan yang positif. Di dalam pengambilan keputusan, kreativitas berarti pengembangan respons-respons yang unik yang berkaitan dengan masalah dan kesempatan yang ada pada saat itu. Hal ini dapat berkembang bila seseorang mengembangkan intuisi.

* Positif-negatif
Judgmental heuristic merupakan suatu bentuk penilaian yang bersifat sederhana (mengambil jalan pintas) dalam pengambilan keputusan. Hal ini memiliki nilai positif karena mencerminkan kerja mental yang efisien. Bagaimanapun, penilaian heuristic ini dapat berakibat bias dalam penilaian sehingga menyesatkan dalam pengambilan keputusan.

Setidaknya terdapat dua jenis penilaian heuristic:
- Availability heuristic: menilai sesuatu hanya berdasarkan pengalaman atau informasi yang tersimpan dalam ingatan penilai. Misalnya, kita memutuskan membeli produk tertentu karena informasi teman yang berpengalaman positif dengan produk tersebut, padahal belum tentu cocok dengan diri kita.
- Representativeness heuristic: menilai sesuatu berdasarkan pada anggapan memiliki ciri yang sama dengan ciri-ciri kelompoknya. Misalnya, menerima seorang pelamar kerja hanya karena ia berasal dari almamater tertentu yang kita kenal baik. Masalahnya tidak semua output almamater tersebut dapat diandalkan kualitasnya.

* Negatif
Kecenderungan mental yang negatif ini mencakup kecenderungan seseorang untuk mempertahankan penilaian atau keputusan sebelumnya meskipun terdapat umpan-balik yang tidak mendukung penilaian tersebut. Kecenderungan ini disebut peningkatan komitmen (escalating commitment).

Pengambil keputusan yang baik tahu kapan ia harus mengubah keputusannya, yaitu apabila ia menyadari bahwa keputusan dan komitmen yang dijalankan saat ini ternyata tidak berhasil dengan baik.

Peningkatan komitmen negatif terjadi bila: (1) umpan balik negatif diabaikan, dianggap sebagai sesuatu yang sementara; (2) pengambil keputusan melindungi ego dengan tidak mengakui bahwa keputusannya salah; (3) menggunakan keputusan yang diambil hanya untuk memberikan kesan tertentu, misalnya ingin dilihat sebagai pimpinan yang tegas (sehingga mengambil keputusan secara otoriter).

Mengembangkan yang positif
Schermerhorn, Hunt & Osborn (1995) telah mengadopsi kiat mengembangkan pengambilan keputusan intuitif-analitis. Kiat tersebut meliputi tiga tahap: teknik rileksasi, latihan mental, dan teknik analitis. Ketiganya dapat dilakukan dalam waktu yang terpisah, tetapi ketika kita benar-benar dihadapkan pada suatu masalah yang harus diputuskan pemecahannya.

* Teknik rileksasi
- Singkirkan masalah yang ada untuk sementara waktu.
- Buat saat yang tenang untuk diri kita.
- Coba untuk membersihkan pikiran (keadaan no-mind).

* Latihan mental
- Gunakan imajinasi untuk menuntun cara berpikir kita.
- Biarkan ide-ide yang ada dalam pikiran mengalir tanpa dihalangi.
- Berlatih untuk menerima keadaan yang tidak pasti (ambiguitas) dan menerima pula kekurangmampuan kita untuk mengendalikan hal itu.

* Teknik analitis
- Diskusikan masalah-masalah yang ada dengan orang lain yang memiliki cara pandang berbeda dengan kita.
- Arahkan masalah yang ada pada saat kita berada pada kesiagaan penuh untuk menghadapinya.
- Ambil jeda yang cukup sebelum membuat keputusan akhir.
Seperti Benjamin Franklin, kita dapat mengambil keputusan secara efektif, bijaksana, dan dapat diterima oleh banyak pihak. Untuk itu, selain dengan kiat di atas, kita juga harus mempertimbangkan beberapa kriteria keputusan yang etis:

* Keputusan-keputusan diambil sedemikian rupa untuk memberikan kebaikan tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada banyak orang yang terkait.
* Tidak melanggar hak-hak orang lain (hak bicara, privacy).
* Mengenakan aturan yang tidak berat(kompas.com 27,04,2010).

Rabu, 17 Maret 2010

Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu

Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu


A. Pengertian dan Klasifikasi Gangguan Pendengaran

1. Pengertian

Tunarungu dapat di artikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai ransangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak di kemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.
Di kemukakan dari beberapa definisi bahwa definisi anak tunarungu dan dapat di tarik kesimpulan bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupu seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalm kehidupan sehari- hari.


2. Klasifikasi tunarungu

a. Klasifikasi secara etiologis

Yaitu pembagian berdasarkan sebab- sebab, tunarungu di sebabkan beberapa factor
1. pada saat sebelum melahirkan
a. salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu mempunyai gen sel pembawa abnormal
b. karena penyakit misalnya sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit, terutama penyakit- penyakit yang di derita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu ialah rubella, moribili, dan lain-lain
c. karena keracunan obat- obatan : pada suatu kehamilan ibu meminum obatan terlalu banyak,atau ibu meminum obat penggur kandungan, hal ini menyebabkan ketunarunguan pada anak yang lahir.
2. pada saat kelahiran
a. prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya
3. pada saat setelah kelahiran (post natal)
a. karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh
b. Klafikasi menurut taraf

klasifikasi menurut tarafnya dapat di ketahui dengan tes audiometeris. Untuk kepentingan pendidikan ketarungan.
3. Pengaruh Pendengaran Pada Perkembangan Bicara dan Bahasa

Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban.
Bahasa mempunyai fungsi dan peran pokok sebagai mesia untuk berkomunikasi. Dalam fungsinya dapat pula di bedakan berbagai peranan lain dari bahasa seperti:
• Bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontak atau hubungan
• Untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan keinginan
• Untuk mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain
• Untuk pemberian orang lain
• Untuk memperoleh pengetahuan
Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasi anak tunarungu terutama yang tergolong tunarungu total tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa melaui pendengarannya, melainkan harus melalui pendengarannya. Oleh sebab itu komunikasi bagi anak tunarungu mempergunakan segala aspek yang ada pada dirinya adapun media komunikasi yang dapat di gunakan adalah:
• Anak tunarungu yang mampu bicara, tetap menggunakan bicara sebagai media dan membaca ujaran sebagai sarana penerimaan dari pihak anak tunarungu
• Mengunakan isyarat sebagai media

4. Perkembangan Kongnitif Anak Tunarungu

Umunya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal tapi di pengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi, dan kiranya daya abstraksi anak. Dan mengakibatkan penghambat proses pencapaian yang lebih luas. Kerendahan tingkat intelegensi anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang rendah melainkan secara umum karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang tidak semua aspek intelegensi terhambat, aspek intelegensi yang terhambat perkembanganya ialah bersifat verbal, misalnya merumuskan pengertian hubungan, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian
5. Perkembangan Emosi Anak Tunarungu
Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negative atau salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebaliknya menampakkan keimbangan dan keragu- raguan emosi anak tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya dan di pihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak tunarungu bila di tegur oleh orang yang tidak di kenalnya akan tampak resah dan gelisah.

6. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu

Anak tunarungu memiliki kelainan dalam segi fisik biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam penyusuaian diri terhadap lingkungan. Anak tunarungu bsnysk di hinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam- macam.kesulitan bahasa tidak dapat di hindari untuk anak tunarungu, namun tidaklah demikian karena anak ini mengalami hambatan dalam bicara

7.Perkembangan Prilaku Anak Tunarungu

Pertemuan antara faktor-faktor dalam diri anak tunarungu, yaitu ketidakmampuan menerima ransangan pendengaran, kemiskinan berbahasa, ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan intelegensi di hubungkan denagn sikap lingkungan terhadapnya menghambat perkembangan kepribadiannya

8.Masalah –masalah dan dampak ketunaruguan bagi individu, keluarga, masyarakat, dan penyelengaraan pendidikan
Bagi anak tunarungu sendiri

Anak tunarungu sulit mengartikan kata- kata yang mengandung kiasan, adanya ganguan bicara, maka hal- hal itu merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut
•Bagi keluarga

Lingkungan keluarga merupakan factor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak trauma atau anak luar biasa. Anak ini memiliki hambatan sehinga mereka sulit menerima norma lingkungannya tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya menderita kelainan atau cacat. Reaksi orang tua menghetahui bahwa anaknya menderita tunarunggu adalah merasa terpukul dan bingung dan timbulnya rasa bersalah.

9.Bagi Masyarakat.

Pada umunya orang masih berpendapat bahwa ank tunarungu tidak dapat berbuat apapun. Pandangan semacam ini sangat merugikan anak tunarungu untuk memperoleh lapangan kerja, dan dia bersaing dengan orang normal. Sulit mendapatkan lapangan kerja mengakibat kecemasan baik dari anak itu sendiri maupun dari keluarganya, sehingga lembaga pendidikan dianggap tidak dapat berbuat sesuatu karena ank tidak dapat berkerja sebagaimana biasanya.

10.Bagi Penyelengara Pendidikan

Persoalan baru yang perlu mendapat perhatian jika anak tunarungu tetap saja harus sekolah pada sekolah khusus (SLB), adalah jika anak- anak tunarungu itu tempatnya jauh dari SLB,maka tentu saja mereka tidak dapat bersekolah. Usaha lain muncul dengan di dirikan asrama di samping sekolah khusus itu. Usaha lainnya yang mungkin akan dapat mendorong anak tunarungu dapat bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti pendidikan pada sekolah normal atau biasa dan di sediakan program- program khusus bila mereka tidak mampu mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal.

Minggu, 28 Februari 2010

kreativitas otak kanan dan kiri

1 mengapa kretivitas begitu bermakna dalam hidup?
karena dengan kreativ merupakan hall yang bermanfaat untuk kehidupan.. seperti dengan karya seni, dan ide- ide

2 mengapa kreatif perlu di pupuk sejak dini?
agar manusia terlatih dam mempunyai sifat yang kreatif dan menghasilkan apa yang diinginkan

3. bagaimana peranan atau strategi 4p untuk anak kreatif?
4p yaitu: pendekatan pribadi kreativ, pendekatan proses kreatif, pendekatan produk kreatif
peranannya: kretif di tanamkan sejak dini pada anak agar anak itu bila dewasa bisa membuat karya seni
4. guiford (1967)
kemampuan komveregen hanya menghasilkan satu alternatif berpikir yaitu. kemampuan diveregen menghasilkan banyak alternatif cara berfikir yaitu kreativitas.
5. 3 contoh prilaku kreatif mencerminkan teori frued psikoanalisis dan teori krisis (mekanisme pertahanan).
represi : secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat
kompensasi: berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang di lakuakan secara tidak sadar dengan menonjolkan kepada hal-hal lain
sublimasi : jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas di bidang seni.

tugas minggu ke 3
1. jelaskan teori otak kanan dan otak kiri, contohnya
belahan otak kanan berfungsi mengontrol tubuh bagian kiri
belahan otak kiri berfungsi mengontol tubuh bagian kanan belahan otak kiri dan kanan menanggapi secara khas.
contoh: otak kiri :intelektual, rasional, verbal horizontal, kongkret realistis
otak kanan: emosiopnal, intuitif, non verbal, vertikal, abstrak, implunsif

2. mengapa otak kanan dan kiri harus berkerja secara seimbang?
karena otak kanan dan kiri berfungsi saling melengkapi, berkerja secara kooperatif dalam memproses informasi
3. bagaimana cara untuk menyimbangkan cara kerja belahan otak kanan dan kiri?
menyimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan agar saling seimbang
4. bagaimana mengembangkan kreatifitas pada anak dimana otak kanannya terlambat?
melatih otak fungsi kanan anak tersebut yaitu mengembangkan kreativitas anak tersebut.

Kamis, 18 Februari 2010

apa ya arti dari autisme??

Autisme adalah sebuah ketidakmampuan perkembangan yang bisa memengaruhi seseorang berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. ada jg loch yang bilang bahwa orang autisme itu, mempunyai kehidupannya sendiri.
oya pernah tau g yang nama foto aura, ternyata, mendeteksi anak autis lewat foto aura jg bisa loch.
seperti yang kita tahu, adalah cara untuk mengetahui kondisi kesehatan dan kepribadian kita melalui tampilan aura dan cakra. Salah satu penyakit yang dapat dideteksi melalui teknik ini adalah penyakit yang psikomatis (yang tidak terdeteksi oleh alat medis biasa, RED), yakni mendeteksi anak indigo dan autis.Anak dengan kebutuhan dan personality yang khusus ini memiliki tampilan aura yang berbeda. Anak autis biasanya memiliki kekurangan untuk berinteraksi dengan lingkungan, dan umumnya tidak bisa berkomunikasi dengan orang di sekelilingnya. Sedangkan anak indigo mempunyai pembawaaan yang lebih dewasa daripada anak seusianya, dan memiliki intuisi yang tajam. Anak indigo bisa memprediksi masa depan, atau memiliki kemampuan psikik (cenayang) yang bisa melihat sesuatu yang tidak kasat mata.

Untuk anak autis, foto aura yang ditampilkan pada bagian kepala terlihat seperti terpotong sesuatu. ''Seperti ada garis penghalang. Letaknya tidak pasti. Kadang di tengah kepala, ataupun agak ke atas. Namun yang pasti ada garis pemisah horizontal yang memblok (menghalangi),'' jelas pakar foto aura, Tom Suhalim, dari Auraprimatama.

Untuk anak Indigo, cakra pada bagian kepala (dahi) yang umumnya berwarna putih akan terlihat berpendar. ''Cakra terlihat bergerak atau aktif. Namun sebelum melakukan foto umumnya akan kami tanya terlebih dahulu, sebab tanda ini juga bisa terjadi pada orang yang sedang sakit kepala,'' papar Tom.

Untuk melakukan foto aura, Anda harus dalam kondisi berikut:
1. Perasaan sedang tenang, sebab akan mempengaruhi tingkat stresnya.
2. Harus sudah makan, agar tidak mengacaukan hasil prediksi energi.
3. Tidak menahan buang air kecil, sebab gambar aura akan berwarna merah keseluruhannya.
4. Tidak sedang mengalami radang berat, karena akan mempengaruhi tampilan dan warna cakra di bagian tenggorokan. Selain itu juga tidak bisa dinilai personality-nya.
5. Tidak menggunakan ciccin atau batu-batuan yang bisa mengganggu kerja mesin foto aura.

sumber : kompas.com

Jumat, 15 Januari 2010

Tanda Anak Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual biasanya menjadi rahasia keluarga yang disimpan rapat. Ada sejumlah situasi yang perlu diperhatikan para orangtua, agar anak terhindar dari kekerasan seksual, di dalammaupun di luar rumahtangga.

Menurut pengamatan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia maupun hasil riset di Barat, pelaku percabulan biasanya adalah orang-orang yang dekat dan dipercaya oleh anak-anak. Data akurat sulit didapat, karena umumnya korban maupun orangtuanya tidak melapor kepada lembaga berwenang.

Ada tipe dan pola yang jelas menyangkut kekerasan seksual terhadap anak-anak ini, baik yang terjadi di dalam maupun di luar keluarga. Dalam buku Human Sexuality terbitan Times Mirror dijelaskan sebagai berikut:

1. Ada perjanjian. Pelaku menjanjikan sesuatu kepada korban. Dalam kasus di Bali itu, anak-anak dijanjikan uang. Sedangkan dalam kasus guru agama, anak-anak ada yang dijanjikan piknik ada pula yang mendapat pelajaran tambahan di rumah.

2. Fase rahasia. “Jangan bilang siapa-siapa!” begitu yang mereka tandaskan kepada anak-anak. Biasanya juga disertai ancaman, sehingga anak-anak takut dan merasa bersalah jika melanggarnya.

3. Tahap penyingkapan. Biasanya terjadi secara tak disengaja, misalnya anak sudah lelah dicabuli lalu berontak, ketahuan anak lain, menderita sakit, atau hamil.
Dengan pola semacam ini, tak heran kalau kekerasan seksual terhadap anak-anak umumnya baru terungkap setelah terjadi berulang-ulang, bahkan bisa bertahun-tahun.

Maka, tanamkan pada anak-anak supaya tidak mudah menerima iming-iming dari orang lain. Kedekatan dan keterbukaan antara anak-orangtua sangat membantu memperkuat ketahanan mental anak.

Efek Jangka Panjang
Bagi para korban kekerasan seksual, apalagi anak-anak, pencabulan itu mendatangkan efek berjangka panjang.

Berbagai studi memperlihatkan, hingga dewasa, anak-anak korban kekerasan seksual biasanya akan memiliki self-esteem (rasa harga diri) rendah, depresi, memendam perasaan bersalah, sulit mempercayai orang lain, kesepian, sulit menjaga membangun hubungan dengan orang lain, dan tidak memiliki minat terhadap seks.

Studi-studi lain bahkan menunjukkan bahwa anak-anak tersebut akhirnya ketika dewasa juga terjerumus ke dalam penggunaan alkohol dan obat terlarang, pelacuran, dan memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan

sumber: kompas kamis 14 januari 2010