Selasa, 27 April 2010

Cara Mengatasi Gangguan Belajar

Gangguan Belajar Pada Anak

DSM-IV mendefinisikan gangguan belajar atau ketidakmampuan belajar sebagai ketidak cocokan antara skor IQ berdasarkan prestasidan usiaserta tingkat kelas,yakni perestasi akademik tertentu sebagaimana di ukur tes standar(baku) yang di berikan secara individual berada dari usia kornologiste intelegensi,dan pendidikan yang sesuai dengan usia orang itu.anak- anak yang mengalami gagguan belajar akan mengalami masalah- masalah emosional atau tingkah laku, tetapi secara luas gangguan itu cukup menolak pandangan bahwa gangguan belajar harus terlepas dari masalah emosional atau tingkah laku. Apakah ini termasuk gangguan psikologis? Atau lebih tepat kalau dianggap sebagai masalah edukasional? Beberapa kritikus telah mengemukakan menyebut masalah- masalah ini dianggap sebagai gangguan psikologis menunjukan suatu” imprialisme psikologis psikiatri dimana para psikolog atau menguasai masalah – masalah di luar yang berada di luar bidang mereka

Penyebab Gangguan Belajar

Penyebab ketidakmampuan belajar sampai sekarang belum di ketahui dengan jelas, factor genetic , kesulitan- kesulitan dalam fungsi otak pengaruh-pengaruh kognitif dan motivisional telah di teliti dan kemungkinan ada hubungannya ketidak mampuan belajar tetapi tidak di ketahui dengan pasti, misalnya apakah kemampuan belajar di sebabakan kekurangan dalam proses kognitif atau kekurangan dalam proses kognitif atau kekurangan dalam proses kognitif atau kekurangan dalam motivasi atau prestasi

Perawatan

Orang tidak dapat meremehkan kecemasan orang tua terhadap anaknya yang meskipun normal,tetapi ketinggalan dalam membaca atau tidak dapat berbicara secara efektif normal seperti anak seusianya.usaha- usahaprofesional untuk menyembuhkan ketidakmampuan belajar ini mulai mengunakan obat obat stimulant dan obat obat penenang sampai pada usia melatih aktivitas-aktivitas motor anak dengan harapan supaya hubungan syaraf pada otak bisa normal kembali.

Cara Mengatasi Gangguan Belajar

Bagaimana membuat proses belajar itu mendatangkan cita rasa manfaat dan kegunaan utama yang dapat langsung merasang menantang dan memuasakan anda. Anda harus membuat stigma tentang belajar dari yang dianggap beban suatu kewajiban dan menjemukan menjadi suatu aktivitas yang menggairakan,menantang dan memuaskan sehingga anda untuk membangkitkan minat dan perhatian anda terhadap belajar sebagai suatu kebutuhan.

Cara membangun konsentrasi belajar

Tanpa konsentrasi belajar maka hasil belajar tentu sangat rendah atau tidak optimal. Jika seseorang mengalami gangguan belajar ketika belajar bagaimana menjadi berprestasi
Menurut Thomas alva Edison, peranan IQ itu hanya 1% sja menunjang keberhasilan seseorang, namun yang 99% adalah kemauan dan kerja keras. Tentu anda berharap dapat melakuakan belajar dengan perasaan gembira kalau guru menerangkan anda langsung nyambung. Begini caranya mengikuti pelajaran sama asyiknya dengan menonton flim kartun atau flim yang jadi kegemaran anda setelah mengikuti pelajaran sama anda menjabarkan jalinan cerita flim dengan baik dari awal sampai akhir cerita.

Dorongan Berprestasi

Menurut JP Chaplin ( Dictionary of Psychology) dorongan prestasi di artikan sebagai:

1. kecenderungan untuk mencapai sukses atau memperoleh apa yang menjadi tujuan akhir yang di hendaki
2. keterlibatan diri seseorang terhadap sesuatu tugas
3. harapan untuk berhasil dalam suatu tugas yang di berikan
4. dorongan untuk mengatasi rintangan- rintangan atau perjuangan untuk melakukan pekerjaan- pekerjaan sulit secara cepat dan tepat.

Senin, 26 April 2010

Seni mengambil keputusan

Mempertimbangkan suatu masalah dari sisi pro dan kontra, memikirkan setiap alasan, dan mencari titik temu selama tiga atau empat hari untuk mengambil keputusan merupakan kebiasaan Benjamin Franklin yang disebutnya algebra moral. Ia senang dengan kebiasaan itu karena dapat menilai dengan lebih baik dan lebih bertanggung jawab.

Benjamin Franklin adalah sosok manusia yang sangat efektif dalam berbagai fungsi, yakni bisnis, militer, politik, ilmu pengetahuan, dan diplomasi. Pada zamannya (abad XVIII), ia seorang perintis di berbagai bidang, yakni perpustakaan keliling, pemadam kebakaran, almanak, Akademi Pennsylvania (sekarang Universitas Pennsylvannia), American Philosophical Society, hingga mengetuai penulisan undang-undang di Amerika Serikat. Semakin banyak fungsi atau peran seseorang, semakin banyak ia terlibat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Hal yang perlu dicatat dari pribadi Benjamin dalam pengambilan keputusan adalah bahwa ia berhasil memilih yang tepat dan bijaksana dalam berbagai hal hingga membuahkan keberhasilan. Ia juga meninggalkan kesan menyenangkan bagi banyak orang.

Ia adalah anggota masyarakat yang sangat dikagumi banyak orang sejak masih sangat muda. Sebagai gambaran, pada usia 30 tahun ia telah terpilih sebagai warga teladan di Pennsylvania.

Bila menengok bagaimana Benjamin dalam mengambil keputusan, mungkin kita tertawa, mengapa ia butuh waktu sampai tiga atau empat hari? Masih relevankah dengan situasi sekarang?

Bila menertawakan hal itu, berarti ada juga yang dapat ditertawakan dan dipertanyakan dari diri kita. Masih bersediakah kita mempertimbangkan apa saja yang keputusannya ada di tangan kita dengan lebih bijaksana, tanpa tergesa-gesa?

Ragam masalah
Sebagai manusia dewasa, setiap hari kita dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan. Mengambil keputusan menu makanan keluarga sehari-hari tentu saja tidak perlu sampai berhari-hari.

Namun, untuk mengambil keputusan mengenai nasib seseorang atau sesuatu yang penting untuk orang banyak, baik di dalam keluarga (memutuskan pembelian kendaraan, memilih pasangan, pekerjaan, atau sekolah, memecahkan masalah psikologis anak) maupun menyangkut orang lain, seperti dalam perekrutan karyawan, menyusun peraturan, menyusun program, dan lain-lain, tentu saja perlu pertimbangan matang.

Sebagai manusia dewasa, kita sering kali kelewat percaya diri (over confidence), merasa telah matang dan mengerti banyak hal, sehingga cepat yakin dengan keputusan kita sendiri. Terlebih efektivitas manusia masa kini sering kali diukur hanya dengan kecepatannya memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Lebih fatal lagi, ada yang menemukan kenyataan bahwa setiap keputusan yang diambilnya selalu berbuah uang sebagai upah sehingga semakin banyak keputusan yang diambil, semakin banyak uang yang mengalir ke kantong. Hal-hal semacam ini akhirnya membuahkan ketergesaan dalam memecahkan berbagai masalah dan mengambil keputusan.

Ketergesaan hanya akan melahirkan keputusan yang prematur. Ibarat seorang ibu yang melahirkan anak prematur, secara fisik ia cepat merasa ringan, tetapi akhirnya menanggung beban lain, yakni kualitas kehidupan yang berisiko kelemahan fisik dan mental pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula pengambilan keputusan yang prematur, menghasilkan kualitas keputusan yang merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

Utang luar negeri Indonesia merupakan salah satu contoh besar betapa kita harus menanggung beban berat dalam jangka panjang karena keputusan berutang oleh pemerintah masa lalu. Padahal, utang itu semata-mata demi mengatasi persoalan ekonomi jangka pendek.

Di tempat kerja, mungkin jajaran pimpinan sebuah organisasi memutuskan menolak lamaran seseorang hanya karena faktor usia atau jenis kelamin. Namun, akhirnya timbul penyesalan karena lima tahun kemudian nama pelamar itu muncul di media massa karena karyanya yang penting.

Kecenderungan kerja mental
Pada saat kita mengambil keputusan dengan tidak banyak pertimbangan, terdapat beberapa kecenderungan mental kita yang bekerja secara spontan tanpa disadari. Kecenderungan tersebut ada yang positif, positif-negatif, dan ada pula yang negatif. Semuanya terbentuk karena pembiasaan sehingga muncul persoalan dalam hal ini, yaitu sejauh mana kita membiasakan kecenderungan yang positif sehingga tidak didominasi oleh hal yang negatif.

* Positif
Intuisi merupakan salah satu hal yang positif. Intuisi adalah kemampuan mengetahui atau mengenali secara cepat dan siap akan kemungkinan yang dapat terjadi dalam situasi-situasi tertentu.

Meski demikian, harus diakui bahwa pengambilan keputusan tidak cukup bila hanya mengandalkan intuisi. Akan lebih baik bila dikombinasikan dengan pendekatan analitis dan rasional. Intuisi sangat bermanfaat terutama dalam situasi pengambilan keputusan yang berisiko atau tidak menentu.

Kreativitas juga merupakan kecenderungan yang positif. Di dalam pengambilan keputusan, kreativitas berarti pengembangan respons-respons yang unik yang berkaitan dengan masalah dan kesempatan yang ada pada saat itu. Hal ini dapat berkembang bila seseorang mengembangkan intuisi.

* Positif-negatif
Judgmental heuristic merupakan suatu bentuk penilaian yang bersifat sederhana (mengambil jalan pintas) dalam pengambilan keputusan. Hal ini memiliki nilai positif karena mencerminkan kerja mental yang efisien. Bagaimanapun, penilaian heuristic ini dapat berakibat bias dalam penilaian sehingga menyesatkan dalam pengambilan keputusan.

Setidaknya terdapat dua jenis penilaian heuristic:
- Availability heuristic: menilai sesuatu hanya berdasarkan pengalaman atau informasi yang tersimpan dalam ingatan penilai. Misalnya, kita memutuskan membeli produk tertentu karena informasi teman yang berpengalaman positif dengan produk tersebut, padahal belum tentu cocok dengan diri kita.
- Representativeness heuristic: menilai sesuatu berdasarkan pada anggapan memiliki ciri yang sama dengan ciri-ciri kelompoknya. Misalnya, menerima seorang pelamar kerja hanya karena ia berasal dari almamater tertentu yang kita kenal baik. Masalahnya tidak semua output almamater tersebut dapat diandalkan kualitasnya.

* Negatif
Kecenderungan mental yang negatif ini mencakup kecenderungan seseorang untuk mempertahankan penilaian atau keputusan sebelumnya meskipun terdapat umpan-balik yang tidak mendukung penilaian tersebut. Kecenderungan ini disebut peningkatan komitmen (escalating commitment).

Pengambil keputusan yang baik tahu kapan ia harus mengubah keputusannya, yaitu apabila ia menyadari bahwa keputusan dan komitmen yang dijalankan saat ini ternyata tidak berhasil dengan baik.

Peningkatan komitmen negatif terjadi bila: (1) umpan balik negatif diabaikan, dianggap sebagai sesuatu yang sementara; (2) pengambil keputusan melindungi ego dengan tidak mengakui bahwa keputusannya salah; (3) menggunakan keputusan yang diambil hanya untuk memberikan kesan tertentu, misalnya ingin dilihat sebagai pimpinan yang tegas (sehingga mengambil keputusan secara otoriter).

Mengembangkan yang positif
Schermerhorn, Hunt & Osborn (1995) telah mengadopsi kiat mengembangkan pengambilan keputusan intuitif-analitis. Kiat tersebut meliputi tiga tahap: teknik rileksasi, latihan mental, dan teknik analitis. Ketiganya dapat dilakukan dalam waktu yang terpisah, tetapi ketika kita benar-benar dihadapkan pada suatu masalah yang harus diputuskan pemecahannya.

* Teknik rileksasi
- Singkirkan masalah yang ada untuk sementara waktu.
- Buat saat yang tenang untuk diri kita.
- Coba untuk membersihkan pikiran (keadaan no-mind).

* Latihan mental
- Gunakan imajinasi untuk menuntun cara berpikir kita.
- Biarkan ide-ide yang ada dalam pikiran mengalir tanpa dihalangi.
- Berlatih untuk menerima keadaan yang tidak pasti (ambiguitas) dan menerima pula kekurangmampuan kita untuk mengendalikan hal itu.

* Teknik analitis
- Diskusikan masalah-masalah yang ada dengan orang lain yang memiliki cara pandang berbeda dengan kita.
- Arahkan masalah yang ada pada saat kita berada pada kesiagaan penuh untuk menghadapinya.
- Ambil jeda yang cukup sebelum membuat keputusan akhir.
Seperti Benjamin Franklin, kita dapat mengambil keputusan secara efektif, bijaksana, dan dapat diterima oleh banyak pihak. Untuk itu, selain dengan kiat di atas, kita juga harus mempertimbangkan beberapa kriteria keputusan yang etis:

* Keputusan-keputusan diambil sedemikian rupa untuk memberikan kebaikan tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada banyak orang yang terkait.
* Tidak melanggar hak-hak orang lain (hak bicara, privacy).
* Mengenakan aturan yang tidak berat(kompas.com 27,04,2010).